MAKALAH
(
KEPERAWATAN ANAK
)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DEMAM THYPOID
DISUSUN OLEH :
1.
JULIS MUHARAM
2.
ZUMRATUL AINI
3.
YUPITA DAMAYANTI
4.
YUNI DARTIANA
5.
TATI
6.
ANGGI JULIUS
7.
ADARIATNO MEIQI
DOSEN : Ns. FENY
MARLENA, S. Kep
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN
BHAKTI HUSADA BENGKULU
TAHUN
AJARAN 2012 /2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah. SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya serta
memberikan perlindungandan kesehatan sehingga penulis dapat menyusun makalah
dengan judul ” Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demam Typoid ”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
selama penyusunan makalah ini masih banyak menemui kesulitan dikarenakan
keterbatasan referensi dan keterbatasan penulis sendiri. Dengan adanya
kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.
Sebagai manusia penulis menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin.
Bengkulu, 21
Juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar.......................................................................................................... i
Daftar
Isi.................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1. Latar Belakang............................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah........................................................................................ 1
3. Tujuan ......................................................................................................... 2
4. Manfaat penulisan ...................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
I
KONSEP MEDIK...................................................................................... 3
A. Definisi ................................................................................................ 3
B. Etiologi ................................................................................................ 3
C. Patofisiologi ......................................................................................... 3
D. Manifestasi klinik ................................................................................ 4
E. Pemeriksaan diagnostik ....................................................................... 5
F. Penatalaksanaan ................................................................................... 5
G. Komplikasi ........................................................................................... 6
II ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................. 6
A. Pengkajian ........................................................................................... 6
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervesi .................................................. 8
C. Implementasi ....................................................................................... 12
D. Evaluasi ............................................................................................... 12
BAB
III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 13
A.
Kesimpulan
................................................................................................... 13
B.
Saran.............................................................................................................. 13
DAFTAR
PUSTAKA .............................................................................................. 14
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis
di Asia, Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika
Serikat dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus
thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal
setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus
thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap
tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia
3-19 tahun dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam
enteris disebabkan oleh Salmonella Parathypii A. Demam tifoid pada masyarakat
dengan standar hidup dan kebersihan rendah,cenderung meningkat dan terjadi
secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik
dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh
anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya
adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu
melalui kontak dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya
kebersihan pada minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang
kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan
kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi
faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus,
tetapi didalam dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus
abdominalis, karena pada umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka
dan menyebabkan pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.
2.
Rumusan
Masalah
Apa
konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam thypoid ?
3.
Tujuan
a. Tujuan umum :
Mahasiswa
dapat mengetahui dan mencegah terjadinya Demam Thypiod serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan
b. Tujuan khusus :
Mengetahui
konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit Demam Thypoid
4.
Manfaat
Penulisan
a. Mendapatkan pengetahuan tentang
penyakit Demam Thypoid
b. Mendapatkan pengetahuan tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam Thypoid
BAB II
PEMBAHASAN
I.
KONSEP MEDIK
A.
DEFINISI
Demam Tifoid (entric fever) adalah infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella
Thypii, parathypii A, B, C pada saluran pencernaan. (Suratum, 2010)
Penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna,
dengan gejala demam kurang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan
gangguan kesadaran. Penyakit infeksi dari Salmonella (Salmonellosis) ialah
segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah besar spesies yang
tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai saluran pencernaan (Hasan
dan Atlas, 1991). Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang demam dengan dan
memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan
sakit kepala (batuk). Hal ini terutama bila demam telah berlangsung selama 7
hari atau lebih dan penyakit lain sudah disisihkan (WHO,2005).
B.
ETIOLOGI
Bakteri
Salmonella Typhi
Wujud
dari bakteri tersebut adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut
getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O
(somatik yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H
(flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita, terdapat zat (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan
fakultatif anaerob pada suhu 15-41°C (optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6-8.
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses,
urin, makanan/minuman yang terkontaminasi, fomitus, etc.
C.
PATOFISIOLOGI
1. Kuman masuk ke dalam mulut melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh Salmonella (biasanya >10.000 basil
kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam HCL lambung dan sebagian
lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang
baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan
selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid
plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika.
2. Jaringan limfoid plak peyeri dan
kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia. Basil tersebut masuk
ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke seluruh
organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui
sirkulasi portar dari usus.
3. Hati membesar (hepatomegali)
dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear. Terdapat juga
nekrosis fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini, kuman
S. Thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan
bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, dan
gangguan mental koagulasi).
4. Pendarahan saluran cerna terjadi
akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang sedang mengalami
nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hinga ke
lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil
menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti
gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ
lainnya. Pada minggu pertama timbulnya penyakit, terjadi jyperplasia
(pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul kemudian, terjadi nekrosis pada
minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya, dalam
minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan
sikatriks (jaringan parut).
D.
MANIFESTASI
KLINIK
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan
jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari.
Masa tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan.
Sedangkan, masa tunas terlama berlangsung 30 hari, jika infeksi melalui
minuman. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodomal, yaitu
perasaan tidak enak badan, nyeri kepala, lesu, pusing, dan tidak bersemangat,
yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis seperti demam, gangguan pada
saluran pencernaan seperti napas berbau tidak sedap, bibir kering dan
pecah-pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut
kembung, hati dan limpa membesar, disertai nyeri pada perabaan dan terjadi
gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen.
E.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1. Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M
antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan salmonella sero group D bakteri
2. Uji Widal : untuk mendeteksi adanya
bakteri Salmonella Thypi
3. Pemeriksaan darah tepi : untuk
melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leukopenia, etc
4. Pemeriksaan urin : untuk melihat
adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit
5. Pemeriksaan feses : untuk melihat
adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan
perforasi
6. Pemeriksaan sumsum tulang : untuk
mendeteksi adanya makrofag
7. Serologis : untuk mengevaluasi
reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin)
8. Radiologi : untuk mengetahui adanya
komplikasi dari Demam Thypoid
9. Pemeriksaan SGOT
dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat
tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
F.
PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
a)
Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus
b)
Mobilisasi sesuai dengan kondisi
c)
Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah decubitus
2. Diet
Dimasa
lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita.
Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan
keadaan penderita. Makanan disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein,
elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta diusahakan makan yang rendah/bebas
selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada penderita gangguan kesadaran
maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan
3. Obat-obatan
Obat
pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang, dosis
50-100 mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia
Obat
lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
a)
Ampisilin
b)
Amoxicillin
G.
KOMPLIKASI
1. Perdarahan usus
2. Miokarditis
3. Peritonitis → biasanya menyertai
perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen
akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
4. Meningitis ensefalopati
5. Bronkopneumonia
6. Anemia
II.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Identitas
Meliputi
nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. registrasi, status
perkawinan, agama, pekerjaan, TB, BB, dan tanggal masuk RS.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Demam
lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai somnolen, dan gangguan
saluran cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut
bau, konstipasi atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia
dan muntah.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Ingesti
makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau terkontaminasi dengan
minuman.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Pernah
menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Tifoid
kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam tifoid dan
menularkan kepada janin melalui darah. Umumnya bersifat fatal.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
f. Demam tifoid saat ini terutama
ditemukan di negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk tinggi serta
kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengaruh cuaca
terutama pada musim hujan sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama
pada musim panas.
3.
Pola-pola
Fungsi Keperawatan
a. Pola pesepsi dan tatalaksana
kesehatan
Perubahan
penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Adanya
mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa
pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
c. Pola aktifitas dan latihan
Pasien
akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan
mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
d. Pola eliminasi
Kebiasaan
dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi,
konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
e. Pola reproduksi dan sexual
Pada pola
reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi
perubahan.
f. Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan
kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan
dalam merawat diri.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Didalam
perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Biasanya
pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak
enak, anorexia.
b. Kepala dan leher
Kepala
tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia,
mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan
ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
c. Dada dan abdomen
Dada
normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri
tekan.
d. Sistem respirasi
Apa ada
pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
e. Sistem kardiovaskuler
Biasanya
pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan
tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
f. Sistem integument
Kulit
bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g. Sistem eliminasi
Pada
pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa
mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
h. Sistem muskuloskolesal
Apakah ada
gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
i.
Sistem
endokrin
Apakah di
dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
j.
Sistem
persyarafan
Apakah
kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit
thypoid.
B.
Diagnosa
Keperawatan dan Intervensi
1. Hipertermi sehubungan dengan
infeksi Salmonella Typhii
Tujuan : suhu tubuh normal/terkontrol.
Kriteria
hasil :
tanda-tanda vital dalam batas normal, turgor kulit kembali membaik.
Intervensi
:
a. Observasi suhu tubuh
b. Berikan pakaian yang tipis
c. Anjurkan klien untuk istirahat
mutlak sampai suhu tubuhnya menurun.
d. Atur ruangan agar cukup ventilasi.
e. Berikan kompres dingin.
f. Anjurkan pasien untuk banyak minum
(sirup, teh manis, atau apa yang disukai anak).
g. Anjurkan klien untuk istirahat
mutlak sampai suhu tubuhnya menurun.
h. Kolaborasi dengan team medis untuk
pemberian obat secara mencukupi.
2. Perubahan nutrisi atau cairan dan
elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan mual muntah.
Tujuan :
Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, Pasien
mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan
Intervensi :
a. Observasi intake output.
b. Berikan makanan yang mengandung
cukup cairan, rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas.
c. Jika kesadaran klien masih membaik
Berikan makanan lunak dengan lauk pauk yang dicincang (hati dan daging), dan
sayuran labu siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberikan tahu,
telur setengah matang atau matang yang direbus. Susu diberikan 2 x 1
gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu extra.
d. Jika kesadaran klien menurun,
berikan makanan cair per sonde dan berikan kalori sesuai dengan kebutuhannya.
Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah atau
bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik, makanan dialihkan
secara bertahap dari cair ke lunak.
e. Pasang infus dengan cairan glukosa
dan NaCl jika kondisi pasien payah (memburuk), seperti menderita delirium. Jika
keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde, disamping infus masih
diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori,
sementara setengahnya lagi masih perinfus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan
pasien, bentuk makanan beralih ke makanan biasa.
f. Konsul dengan ahli diet untuk
menentukan kalori/kebutuhan nutrisi .
3. Intoleransi Aktivitas sehubungan
dengan tirah baring.
Hasil yang diharapkan :
a. Menyatakan pemahaman situasi/faktor
resiko dan program pengobatan individu.
b. Penghematan energy : Tingkat
pengelolaan energy aktif.
Intervensi :
a. Kaji respon emosi, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas.
b. Pantau/dokumentasikan pola istirahat
pasien dan lamanya.
c. Bantu pasien dalam melakukan
aktivitas fisik , kognitif, social dan spiritual yang spesifik.
d. Ubah posisi dengan sering. Berikan
perawatan kulit yang baik.
e. Lakukan tindakan dengan cepat dan
sesuai toleransi.
f. Berikan aktivitas hiburan yang tepat
contoh menonton tv, radio dan membaca.
g. Ajarkan keluarga atau orang terdekat
pasien tentang tehnik perawatan diri.
h. Dapatkan bantuan dari keluarga dalam
usaha mendukung dan mendorong pasien dalam menyelesaikan aktivitas.
i.
Kolaborasi
dengan ahli gizi berdasar program diet yang dicanangkan.
j.
Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi.
4. Kurangnya pengetahuan orang tua
tentang penyakitnya sehubungan dengan kurang informasi.
Tujuan :
pengetahuan klien dan orang tua klien bertambah dengan adanya informasi.
Kriteria hasil : klien akan menyatakan pemahaman proses
penyakit, pengobatan, mengidentifikasi situasi stres dan tindakan khusus untuk
menerimanya dan berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan
perubahan pola hidup tertentu.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan dan
kesiapan untuk belajar.
b. Dorong penggunaan tehnik relaksasi
dan manajemen stress lain, mis. Visualisasi, bimbingan imajinasi, umpan balik
biologi.
c. Berikan penyuluhan kepada orang tua
tentang hah-hal sebagai berikut : pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak
lain, pasien harus istirahat mutlak, pemberian obat dan pengukuran suhu
dilakukan seperti dirumah sakit, feses dan urin harus dibuang kedalam lubang WC
dan di siram air sebanyak-banyaknya.
5. Nyeri sehubungan
dengan proses peradangan
Kriteria hasil : - Melaporkan nyeri
hilang/terkontrol.
- tampak rileks dan mampu tidur
dan istirahat dengan tepat.
Intervensi :
a. Berikan posisi yang nyaman sesuai
keinginan klien.
R/:
Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan
otot-otot.
b. Ajarkan tehnik
nafas dalam
R/:
Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri
c. Ajarkan kepada orang tua untuk
menggunakan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, aktivitas hiburan yang tepat
R/:
Meningkatkan
relaksasi dan pengalihan perhatian
d. Kolaborasi obat-obatan analgetik
R/:
Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri
6. Resti infeksi sekunder sehubungan
dengan tindakan invasive
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas
dari sekresi purulen/drainase serta febris.
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital (S, N,
RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor tanda-tanda infeksi dan
antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infuse.
b. Awasi batas pengunjung sesuai
indikasi.
c. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
d. Bantu irigasi dan drainase bila
diindikasikan.
C.
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan
tindakan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencan tindakan yang telah disusun setiap
tindakan keperawatan yang dilakukan dan dicatat dalam pencatatan keperawatan
agar tindakan keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan
tindakan keperawatan yaitu cara pendekatan kepada klien efektif, teknik
komunikasi terapi serta penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada
klien.
Dalam
melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independen,
dependen, interdependen. Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu
tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter atau
tenaga kesehatan lainnya, dependen adalah tindakan yang sehubungan dengan
tindakan pelaksanaan rencana tindakan medis dan interdependen adalah tindakan
keperwatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama
dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi dan dokter, keterampilan
yang harus perawat punya dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu
kongnitif dan sifat psikomotor.
D.
EVALUASI
Evaluasi
adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat
diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah
yang baru. Evaluasi dilakukan yaituevaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi
proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
Sedangkan, evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan
keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid
cukup banyak diperkirakan 800/100.000 penduduk per tahun, tersebar dimana-mana,
dan ditemukan hampir sepanjang tahun.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang
paling sering pada anak besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini,
adalah penting melakukan pengenalan dini demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen
utama : Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7 hari), Gangguan susunan saraf
pusat / kesadaran.
B.
Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat
memberikan saran untuk selalu menjaga kebersih lingkungan , makanan yang
dikonsumsi harus higiene dan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang
demam tifoid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prince and
Willson.2005.Patofisiologi Vol. 2.Penerbit Buku Kedokteran ECG:Jakarta
2. Muhammad Ardiansyah.2012.Medikal
Bedah.Penerbit Diva Press:Jogjakarta
3. Arif Muttaqin dan Kumala
Sari.2011.Gangguan Gastrointestinal.Penerbit Salemba Medika:Jakarta
4. Suddarth & Brunner.2002. Keperawatan
Medikal Bedah.Edisi 8 Vol. 2.Suzanne C. Smeltzer.Penerbit Buku
Kedokteran ECG:Jakarta
5. Sodikin.2011.Asuhan Keperawatan
dengan Gangguan Gastrointestinal & Hepatobilier.Penerbit Salemba
Medika.Jakarta
6. Doenges Marylin
E.2000.Rencana Asuhan
Keperawatan.Penerbit
Buku Kedokteran EGC:Jakarta.
8. Judith M. Wilkinson .2006. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi Nic dan Kriteria Hasil Noc. EGC :
Jakarta.
9. Sylvia & Lorraine. 2005.
Patofisiologi . EGC. Jakarta
10. Suratun.2010. Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal.CV. Trans Info Media.Jakarta